Polres Sanggau - Bertempat di Gereja Paroki Santa Maria Bunda Pengharapan Bunut Keuskupan Sanggau telah dilaksanakan kegiatan Peresmian dan Pemberkatan Gereja Paroki Santa Maria Bunda Pengharapan Bunut Keuskupan Sanggau serta Syukuran 25 tahun Imamat RD Richardus Riadi, Pr.
Sebelum kegaiatan dilaksanakan Apel kesiapan Pengamanan yang dipimpin oleh Kasiwas Polres Sanggau Iptu Matiyas Yulian selaku Padal diikuti oleh personil Polres Sanggau, Sat Brimob dan Polsek Kapuas.
Kegiatan dihadiri oleh PJ. Bupati Sanggau Suherman, SH, MH, Uskup Emeritus Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini, CP, Uskup Keuskupan Agung Kuching Malaysia Mgr. Simon Peter Poh Hoon Seng, Pastor Kepala Paroki RD Richardus Riadi, Pr, Kapolsek Kapuas Iptu Marianus, Pasi Pers Kodim 1204 Sanggau Kapten Inf Y. Santoso, Anggota DPR RI Terpilih Paolus Hadi, S.Ip, M.Si, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekda Prov. Kalbar, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau, Forkompimda Kabupaten Sanggau, OPD, Instansi Vertikal, Ketua PKK, Pimpinan Perbankan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Para Uskup, Pastor, Suster, Stasi, Paroki Sanggau dan Sekadau, Jemaat Gereja serta tamu undangan.
Dalam sambutannya Pj. Bupati Sanggau mengatakan bahwa sebagai umat yang beragama sudah layak dan sepantasnya kita panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat kasih dan karunia-nya kita masih diberikan kesehatan sehingga dapat bertemu di tempat ini dalam keadaan sehat dan bahagia, untuk mengikuti peresmian dan bersama-sama pemberkatan Gereja Pusat Paroki Santa Maria Bunda Pengharapan Bunut.
“Pada kesempatan sangat yang berbahagia ini, dari lubuk hati yang paling dalam, atas nama pemerintah kabupaten sanggau, saya mengucapkan selamat kepada Pastor, Suster dan seluruh umat Paroki santa maria bunda pengharapan bunut atas peresmian dan pemberkatan gereja baru yang megah dan indah,” ungkapnya.
Suherman mengungkapkan bahwa Kondisi ini diperlukan sebagai upaya menjaga dan merawat gereja ini, agar tetap berdiri kokoh hari ini esok dan selamanya. ini menjadi tugas bersama seluruh umat dan kita semua, karena keberadaaan gereja ini menjadi kebanggaan sekaligus motivasi bagi kita semua untuk tetap setia dengan apa yang sudah kita yakini.
“Bapak Uskup dan hadirin yang berbahagia mengutip dari 1 korintus 3:17 yang mengatakan: "Sebab bait allah adalah kudus dan bait allah itu adalah kamu", dengan demikian dapat dimaknai bahwa gereja yang sesungguhnya adalah setiap pribadi diri kita. berhasil membangun gereja secara fisik, bukan berarti tugas pembinaan umat beragama selesai,” katanya.
“Kita jadikan gereja ini sebagai rumah doa dan sarana spritual building dengan nuansa κεβηινεkaan dalam kesatuan bingkai Republik Indonesia. negara ukiran momentum bersejarah yang kita bersama alami hari ini, niscaya menjadi kisah klasik di hari depan, karena berpotensi menjadi daya ungkit untuk menuju sanggau berbudaya dan beriman,” sambungnya.
Gereja dalam rupa fisik yang menawan dan modern sudah berhasil dibangun dengan daya upaya dan pendanaan dari umat serta para pihak, dengan semangat gotong royong. oleh karena itu gereja ini menjadi rumah bersama sarana berdoa dan memuji serta memuliakan tuhan. untuk itu sense of belonging atau rasa memiliki terhadap rumah ibadah ini hendaknya tertanam dan melekat dalam sanubari setiap insan.
“Pembangunan yang pada akhirnya menjadi bagian untuk turut serta μενεκαν angka kemiskinαν, stunting, pengangguran, pertumbuhan pendapatan menurunkan menurunkan prevalensi angka meningkatkan meningkatkan hingga perkapiτα meningkatkan capaian indek pembangunan manusia,” katanya.
Dengan demikian manusia sebagai subyek pembangunan akan mampu menempatkan diri dalam keselarasan, keseimbangan dan keserasian hidup antara manusia satu dengan yang lainnya dalam lingkungan sosial, manusia dengan lingkungan alam dan dengan manusia tuhan sang penciptanya, yang pada gilirannya menjadi potensi kekuatan efektif bagi.
“Lanjutannya sebagai umat beragama, terus menerus meningkatkan derajat keιμαναν. untuk itu, pembinaan dan pembangunan di bidang agama mempunyai kedudukan dan perananyang sangat penting sebagai bagian integral dari upaya meletakkan landasan spiritual yang kokoh bagi keberhasilan formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah yang prospektif, realisistis, akuntabel dan transparan,” paparnya.
Disamping itu, kondisi ini juga menjadi modal utama dalam membina dan mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama, sehingga terjadi kolaborasi. terciptanya kerukunan antar umat beragama tentunya semakin meningkatkan peran serta umat beragama dan menumbuhkan rasa optimisme dalamkeberhasilan pembangunan daerah secara utuh.
“Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, mari kita mulai sekali lagi, membangun bumi daranante sebagai rumah kita menjadi permai, maju, sejahtera dan berkelanjutan. semoga tuhan menyertai kita semua dalam melaksanakan pelayanan,” pungkasnya.